KEUTAMAAN ORANG JUJUR
Oleh: Dr Amir Faishol Fath
Banyak orang mengajar kebahagiaan di balik kemegahan materi. Padahal, itu semua hanyalah kesemuan belaka. Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya, jangan basa-basi dan jangan setengah-setengah. Jujur sebagai suami maka selalu menjauhi dosa dan memberikan nafkah secara halal dan maksimal. Jujur sebagai istri maka selalu menjaga kehormatan diri dan harta suami dan benar-benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur sebagai pemimpin maka selalu menjunjung tinggi rasa musyawarah dan bekerja keras untuk menegakkan keadilan dan memastikan kesejahteraan rakyatnya.
Banyak orang mengajar kebahagiaan di balik kemegahan materi. Padahal, itu semua hanyalah kesemuan belaka. Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya, jangan basa-basi dan jangan setengah-setengah. Jujur sebagai suami maka selalu menjauhi dosa dan memberikan nafkah secara halal dan maksimal. Jujur sebagai istri maka selalu menjaga kehormatan diri dan harta suami dan benar-benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur sebagai pemimpin maka selalu menjunjung tinggi rasa musyawarah dan bekerja keras untuk menegakkan keadilan dan memastikan kesejahteraan rakyatnya.
Bila kejujuran seperti tersebut di atas terwujud, banyak hikmah
yang akan dipetik.
Pertama, jujur akan mengantarkan ke surga. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan
kebaikan akan mengantarkan ke surga … dan sungguh kebohongan akan mengatarkan
kepada dosa, dan dosa akan mengantarkan kepada neraka .…” (HR Bukhari-Muslim).
Berdasarkan ini, jelas bahwa tidak mungkin kebaikan akan datang
jika manusia yang berkumpul di dalamnya adalah para pembohong dan pendusta.
Bila di tengah mereka menyebar kebohongan maka otomatis dosa akan semakin
merajalela. Bila dosa merajalela maka jamainanya adalah neraka.
Kedua, jujur akan melahirkan ketenangan. Rasulullah SAW
bersabda, “… maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan
adalah keraguan .…” (HR Turmidzi). Orang yang selalu jujur akan selalu tenang,
sebab ia selalu membawa kebenaran. Sebaliknya, para pembohong selalu membawa
kebusukan dan kebusukan itu membawa kegelisahan akibat kebusukannya. Ia akan
selalu dihantui dengan kebohongannya dan takut hal itu akan terbongkar. Dan,
bila seorang pembohong seperti ini menjadi pemimpin maka ia tidak akan sempat
mengurus rakyatnya, karena ia sibuk menyembunyikan kebusukan dalam dirinya.
Ketiga, jujur disukai semua manusia. Abu Sofyan pernah ditanya oleh Heraklius mengenai
dakwah Rasulullah SAW. Abu Sofyan menjelaskan bahwa di antara dakwahnya
adalah mengajak berbuat jujur. (HR Bukhari-Muslim).
Rasulullah SAW terkenal sebagai manusia yang paling jujur. Bahkan,
sebelum kedatangan Islam, beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur.
Orang-orang kafir Makkah pun mengakui kejujuran Rasulullah SAW, sekalipun
mereka tidak beriman. Bahkan, mereka memberi gelar al-Amin (orang yang
tepercaya) kepada Rasulullah. Selain itu, mereka juga selalu menitipkan barang
berharga kepada Rasul SAW.
Keempat, jujur akan mengantarkan pelakunya pada
derajat tertinggi. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memohon
dengan jujur untuk mati syahid, (maka ketika ia wafat) ia akan tergolong
syuhada sekalipun mati di atas kasurnya.” (HR Muslim).
Dan kelima,
jujur akan mengantarkan pada keberkahan. Nabi Muhammad SAW pernah
mengatakan bahwa seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan
transaksi perdagangannya maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika
menipu maka Allah akan mencabut keberkahan dagangannya. (HR Bukhari
Muslim). Wallahu a’lam.
Sumber: http://www.republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar